Sahabat.
Di Luar sana banyak Orang mengatakan..
"Sahabat yang Baik, bukan hanya Dia yang ada saat Kamu Berbahagia. Tetapi, Dia yang ada di sampingmu saat Kamu berduka."
Dan Sahabat terbaik Menurutku, adalah..
Dia yang mau meminjamkan Pundak untukku bersandar.
Dia yang menyiapkan Telinga untuk mendengarku berkeluh Kesah.
Dia yang Membuka Mata untuk melihatku menangis.
Dia yang mencoba berkata-kata dan berusaha menguatkanku.
Sahabat yang Datang di saat Aku mulai berpikir,
"Aku Jenuh. Aku sudah Jenuh dengan Semua ini. Aku tidak berharap lagi Esok melihat Matahari."
Seperti Malam ini.
Seperti Kamu yang sudah Datang untuk melihatku menangis.
Meskipun itu bukan Maksudmu Datang menemuiku.
Di awal tidak ada sedikitpun niat untuk mengeluarkan apa yang sedang Bergejolak dalam Hati dan Pikiranku.
Kita bercanda. Tertawa. Membicarakan Hal yang tidak begitu penting.
Namun Semua berlalu dengan sendirinya. Seperti tak terarah. Mungkin karena Emosi yang sudah mencapai Puncaknya.
Aku ceritakan apa adanya. Semua Perihku. Semua Luka. Semua Pikiran dan segala Putus Asaku.
Aku lelah..
Sudah tidak tahu harus kemana lagi Semua ini Ku Curahkan.
Tak ada Seorangpun yang mau Peduli bagaimana bentuk Hatiku Saat ini.
Semua berlalu tanpa menanyakan bagaimana Kabarku.
"Burukkah?"
"Baikkah?"
"Sedihkah?"
"Bahagiakah?"
Mereka tak Tau Semua Remuk Redam yang ada di dalam Sini.
Tapi itu bukan Masalah.
Seandainya ada yang bertanya, sudah pasti Ku coba sembunyikan perih di Balik Tawa yang tersungging. Agar semua terlihat Baik-baik saja.
***
Terimakasih, Sahabat!
Sudah menjadi Pendengar Terbaik Malam ini.
Terimakasih, sudah mengajakku menembus Dinginnya Angin Malam dan Berteriak di dalam Kesunyian.
Seperti yang biasa Kita lakukan Dulu!!
Semoga Tuhan selalu menjagamu.. (190415)